BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 11 November 2011

“Pukul dan Lari”

Sudah menjadi ciri khas aliran Jesuit, secara alamiah dalam suatu keadaan, mengambil peran penting dalam momen yang tepat dengan berbagai cara dari yang romantik ataupun konsepsi sportif yang mengajarkan kita supaya meyakini bahwa gerilya adalah perlawanan.

“Pukul dan lari”, sementara kalangan khusus secara lugas mencemooh menyebut cara gerilya itu : dan itu memang benar. Pukul dan lari, menunggu, bersembunyi dan kemudian menyerang dengan tiba-tiba, pukul dan lari lagi, dan melakukannya terus menerus, tanpa memberikan kesempatan beristirahat kepada musuh. Secara keseluruhannya, menampakkan sikap negatif, sikap mundur, menghindari pertarungan frontal.

Bagaimanapun juga, semuanya itu adalah konsisten dengan strategi umum dari gerilya, adalah sama dalam hal tujuan akhir dari apapun juga: menang. Jadi jelaslah bahwa itu merupkan suatu fase saja yang tidak oleh dirinya sendiri bisa menghasilkan kesempatan mencapai kemenangan penuh. Ia hanya salah satu dari fase utama strategi dan akan berkembang dan membentang hingga tujuan akhir, melalui pertumbuhan yang mantap, memperoleh karakteristik sebuah gerakan reguler. Ia harus siap memberikan hidupnya, namun kualitas positif yang sesungguhnya dari gerilya bahwa masing-masing pejuang gerilya harus siap mati (yakin ta???), bukan mempertahankan sesuatu yang ideal, namun membuat sesuatu yang ideal menjadi suatu realita. Inilah dasar, esensi perjuangan gerilya. Kekuatan luar biasa, sebuah grup kecil manusia, pelopor kekuatan besar rakyat (popular force) yang mendukungnya. yang melangkah melampaui taktik obyektif mendesak, bergerak maju secara sungguh-sungguh untuk mencapai sebuah cita-cita, mendirikan sebuah masyarakat baru, menghancurkan bentukan masyarakat lama, dan mencapai, sekali dan selama-lamanya, keadilan sosial yang humanis.

Dipandang dengan cara ini, semua kualitas yang dianggap remeh ini akan memperoleh kemuliaan yang sejati, kemuliaan yang ingin disempurnakan; dan menjadi jelaslah bahwa kita tidak berbicara berbelit-belit perihal cara –cara yang kita gunakan untuk mencapai tujuan. Sikap perjuangan ini, sikap yang tidak pernah kehilangan intipati ini, keteguhan dalam menghadapi problem-problem besar dari sasaran akhir ini, adalah juga kemuliaan dari seluruh kehidupan.



** Acuannya adalah pada tigapuluh tahun perang kemerdekaan Kuba melawan Spanyol, menentang dari tahun 1868 hingga 1898.

0 komentar: