BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 23 September 2007

Gerilya Edisi 4


Ta’ Sunggo’i....!!???*)

Halo konco koncoku..Halo sahabat sahabatku..Halo dulur dulurku..Halo koncone koncoku..

Tanpa bermaksud mengurangi nilai estetika yang ditawarkan oleh teman-teman dalam karyanya di sini, Pengantar dari kita pembawaannya emang gini, Relax.., Santai.., Enjoy.., mungkin rodo’ Nggaple’i. Tapi intinya gak gitu, iki serius wah!! “Paham ya, maksud saya ?”
Ho hoouey..!! ☺

Parahnya, sempat terpikir gak ada edisi Gerilya kali ini, ‘cuz satu dan lain hal. Untungnya kita segera ingat bahwa GERILYA merupakan media milik khalayak, yang berarti bukan hanya milik satu golongan (banyak yang udah ngantri e).
Akankah GERILYA rampung?
“ooo...gak bisa gitu!!”
“Kan gak asyik to?!!!”
inilah alasan tema yang kita angkat untuk edisi kali ini
“Perang Belum Berakhir”
Dan satu hal lagi, “Kenapa Satu? Yaa.., saya tau satu itu default, tapi dibalik itu ada sesuatu”.
Apa yang kita hadirkan kali ini semoga berkenan buat teman-teman. “Yaaa...nggak banyak sih, tapi semoga bisa membantu kalian”
Ini jadi semacam hasrat yang nggak bisa dibendung lagi, hingga pilihan kata yang meluncur: “Keleresan, kulo badhe nderek bebucal” ... mak brull.
(Alaah..!! iki opo maneh?!! )
Poko’e ekspresi ini harus disalurkan di tempat yang benar.
G E R I L Y A ! !
Kalo masih bingung dengan kata-kata kita, silahkan mencoba “Pendekatan Cultural Studies”.

Oh iyo.., meh lali Bo’ !!
Awak dewe ape matur suwon:
Semua teman-teman yang telah ndukung & nyumbang GERILYA (Moril & materiil)
F Tse (Kiriman Detektifnya), Tim Cagak (Kita sama-sama hamba Allah), METAMORF*** (LAKUM DIINUKUM WALIYADIIN), Trio Kebo (Aduhai.., kalian berlebihan), Trio Macan (Saran Yang Konstruktif), Koncone Koncoku (Sepurane=Suwon), SR ‘04 (Kelas Yang Aneh), Arek Non Reg (We Love U Guys!), 9 Bidadari Sastra Inggris (Masya Allah!!!, Karaoke dengan kalian benar-benar bikin kita Puas !! )
Pak Jack P. (Atas Saran dan Cokcokcokcoknya)
Pak Nadjid (Dukungan dan Kontribusinya)
Dan semua pihak yang telah mengontaminasi & menginspirasi kita, termasuk dalam bentuk kutipan-kutipan.

*) Variasi Bhs. Khas Gresik


SELAMAT MENIKMATI
**** PELOEK TJIOEM DARI KAMI ****

Suicide

Hatiku berbisik lirih di tengah kesunyian malam yang semakin
menggila memeluk erat kesendirianku kali ini. Ya, setidaknya
aku masih hidup kali ini. Meski hanya sekadar untuk tengadahkan
kepala yang ada di atas leherku.

Malam yang bagiku maha luas dan yang selalu digambarkan banyak
menuntut kesunyian yang tergaris dalam makna ketersisihan,
kini tak lagi mampu menyeruak, membekukan ribuan buluh nadi
di tubuhku. Dingin itu tiada pernah lagi kurasakan di
permukaan kulit yang membungkus tua nyawaku; nyawa yang
berdiri sebagai alasan terbesar bagiku untuk tetap di sini,
menanti fajar yang akan membunuhku kelak.

Sesekali ku coba serukan pada hati kecilku bahwa aku tak
mampu menguraikan arti hidup yang lelah ku jalani hingga kini,
lantas kenapa aku masih terus hirupi sesak udara di tengah usia
yang kian menua. Bukankah semua kebodohan dan khilafku ini
telah cukup untuk dijadikan-Nya alasan kirimkan malaikat
padaku, lalu dengan ketajaman matanya, mencabuti nyawa yang
tercecer di setiap sendi tulang rapuhku. Mungkin saat itu
aku tak akan mampu menangis, tak mampu kiaskan kesedihanku
lewat kata atau pun raut muka, karena sekali lagi, aku
telah lupa dengan semuanya. Aku bagaikan tubuh tanpa hati,
tak mampu merasa, tak lagi dunia buatku tergoda.

Wahai engkau kidung-kidung yang mengantarkan kelelapan sang kala, jangan pernah lagi kau lantunkan barisan irama sumbang itu dalam rona bait-bait gelap, irama bersajak rintihan masa laluku. Mungkin aku hanya tak inginkan lagi masa itu kembali menghantui otakku yang lemah ini, karena di sana masih tersimpan harapan untuk anak bungsuku, satu-satunya sandaran imajiku, agar tiada pernah dilakoni olehnya sebuah cerita yang maha kejam, yang telah membunuh aku, ayahnya, secara perlahan-lahan dan begitu menyakitkan. Sekiranya ratusan pedang tumpul bergerigi yang ditancapkan di tubuh lalu secara bersamaan dan pelan-pelan dicabut seraya digoyang-goyangkan ujungnya, rasa sakit itu tiada sebanding dengan derita yang merangkulku. Tak pernah terkiaskan dengan seribu doa-doa yang kerap terucap dari mulut yang hangus terbakar jilatan api kemurkaan, sebuah neraka yang telah diciptakan manusia di dasar hati mereka.

Jika hanya untuk sebuah keabsahan tanpa ujung, kenapa hidupku ini terus kuperjuangkan? Untuk apa usia ini kulalui layaknya meniti sehelai bayangan samar, tanpa sebuah kepastian, tanpa arti. Dan jika tak kurengkuhi sisa helai nafasku, aku pun tak ingin bertanya-tanya pada takdir tentang siksaan yang kujalani kelak, sebagai sebuah imbalan manis atas deru emosiku. Aku merasa semakin jauh dengan diriku, meski tak kulihat segumpal dosa yang menghalangi langkahku. Apakah aku hidup, atau mati, atau tengah berada di batas hidup dan mati, terdampar di dunia yang kosong tak berpenghuni, sendiri, sepi, lalu sedikit demi sedikit menghilang seperti asap yang mengepul di antara sekat-sekat nuraniku. Kosong, kata yang selalu ingin kuperdengarkan pada mereka, mimpi yang fatal, tak bermoral, namun terasa kenyal, seperti pelacur binal, yang telanjang di atas bantal. Tampak menggoda, dengan nafsu yang menggelora. Menggelinjang pasrah, tak kuasa luapkan amarah, berteriak dan mendesah, lalu tergolek lemah.

Itulah mimpiku, mungkin sebuah cermin keresahan yang tertuang dalam imajinasi tanpa arah. Seperti semuanya, aku yang seakan lemah tanpa harap, mencoba lupakan angan itu, hingga tak harus kudapati kembali ingatan atasnya, meski telah terbias sedari aku bergelayutan dalam rahim Ibuku.

Adhany Hakim





.....Keberuntungan
.....Kemalangan
.....Kebahagiaan
.....Kesedihan


Dalam kesedihan,dalam kebahagiaan,dalam keberuntungan, dalam kemalangan,dalam keberuntungan,dalam kesedihan,dalam kebahagiaan,dalam kemalangan,dalam ke..,dalam ..,dalam...
Dalam..

Dari..
Perenungan
Penantian
Kesendirian...

Hanya gaung dari teriakanku sendiri yang kudengar,
kemana semua orang?
Sejauh mata memandang sejauh itulah perjalanan, dan sejauh ini hanya penderitaan

Pintu-pintu kembali ditutup
Haruskah aku kembali mencari
Haruskah makna mengurai arti
harusnya

Masih tentang makna dan arti
Tunjukkan!!
Kau bekali aku kuku, gigi, dan pengindera
Masih saja...
Kenapa tak kau tunjukkan bagaimana aku harus hidup

Dalam kekuatanku ada kerapuhanku
Dalam pengelihatanku ada kebutaanku
Dalam hidupku menyembunyikan kesekaratanku

Aku hanya tak ingin kerinduanku padamu mengantarkan aku lebih sesat dan menjauh darimu

Tunjukkan padaku bagaimana aku harus hidup


Lee Hay
Jo-To-San Inn, April 07



ANyelir JINGga

Matanya membekas di mataku. Bibirnya yang kukulum mengenyahkan ragu yang membelenggu. Di sudut, aku temui dia mengulum senyum pahit yang menggigit. Ia lari dalam dekapku. Buatku tersadar, ia bukan milikku. Kebersamaan selama ini hanyalah mimpi.
An, kau kabut yang tak tersentuh. Kau datang penuhi relung setiap ruang kosong yang hadir. Warnai pagi yang beku dengan putihmu. Pergi saat hati ingin milikimu. Apa maumu tak ada yang tahu.
Saat itu aku melihat sudut matamu yang basah, sebutkan satu nama yang pernah kau cinta. Di dekapku kau tumpahkan aliran hangat yang bagiku itu adalah aliran kasih tak terperi. Lalu kau pergi.
Kamu memang kabut. Yang menutupi pandangan keindahan pagi. Yang mendinginkan kehangatan pagi. Yang basahkan udara untuk kuhirup. Kau racun. Tapi ku tetap suka. Menghirupmu.
“Aku bukan mentari, Re. yang kan hangatkan di pagi yang kau jalani. Aku kabut seperti yang telah kau cipta di setiap langkahmu. Ku tak bisa senantiasa temanimu seperti angin yang kau sukai, serta debu yang kau cintai. Aku kabut yang senantiasa datang dan pergi sesuka hati. Aku kabut yang senantiasa basahi paru-paru lalu membunuh. Aku racun. Racun yang cantik. Terlalu cantik untuk dimengerti.”
Selalu itu saja yang selalu kau ucap tiap kuminta kau tinggal di sisi. Temaniku dalam kesepian yang membelenggu. Temani hariku yang tinggal satu-satu.
An...
Kenapa kau kabut? Kenapa kau bukan udara? Yang kan senantiasa suplai oksigen dalam darahku, mengalir di setiap rongga hidupku. Apakah karna aku bukan pagi yang bisa menerima kehadiranmu? Atau aku terlalu lacur untukmu? Yang selalu menghirup wangi ... di tubuh mawar-mawar berduri. Beritahu aku An...
“Aku berubah bukan karna cintaku pada pagi. Bukan. pula tak ada cintaku padamu, Re. Namun kau sendiri yang mengaburkan pandanganku, menjadikanku kabut yang rapuh. Mudah lenyap saat kau mencoba menggenggamku. Aku kabut karena kau bukan ruang yang kuharapkan.”
Setelah itu kau akan pergi ke gunung-gunung tuk berkejaran dengan pinus yang manjakanmu, dengan belaian rumput basah yang menenggelamkanmu dalam cinta, dengan tanah merah yang kan mendekapimu dengan hangat serta tetesan embun yang buatmu tersenyum.
An...
Anyelir Jingga...
Aku tak mau ucapkan kata pisah, karna kita tak pernah berjumpa. Anggap saja demikian. Aku tak mau pergi, karna ku tak pernah datang pagi ini. Biar saja begini. Aku tak akan mendekapmu, karna ku tak pernah milikimu. Bukan ku merayu.
Hari selalu berubah hingga kau mau merubah kabutmu menjadi udara pagi bagi Re yang lain. Aku tetap di sini, di dalam gundukan tanah merah ini, yang siap mendekapmu, jika pagi tak lagi temuimu. Dan kau serta merta menaburi gundukan ini dengan putihmu yang suci, meski hati tak kau beri. Gundukan ini tetap kan dampingi hingga tetesan embun tak lagi banjiri sudut matamu.

19.18
Room, 030407
eLCeeS



Kembali Pada Sebuah Cinta

Kembali pada sebuah cinta. Aku
Menitipkan daun murbei ini untukmu
Kusisipkan setetes embun pada urat-uratnya
Untuk mengingatkanmu, pada geliat tanah
Yang menjalari darah lelakiku

Aku mengingatkanmu
: akan angin dan daun kering yang bercumbuan
serupa lonceng jam 12 malam, awal penyatuan
mimpi-mimpi kita

September 2006
Dody Kriswaluyo



Intermesso Dalam Renungan

Sendiri dalam luka penuh cambuk
Eluhku mengering perlahan
Mencoba raih jemari kasih-Mu

Ku rasakan sendiri nikmat menyepi
Melambungkan angan hingga titik akhir

Pun terasa damai di hati
Walau aneh mengusik mimpi tiap hari
Aku tlah kebal oleh kegembelan duniawi


27 Nov-17 Des ‘06
M1cky
Mikaart07@yahoo.com




Merana

Sulut nyala api
Dengan segala kesombongan
Serta keangkuhan diri
Persetan dengan fana
Semua hanya kepalsuan
Yang kuulihat
Ulat menggeliat dengan tawanya
Sendiriku
Meranaku

07.05
Son river, 14 April ‘07
Nyam2



A Great Beat
(untuk *Setangkai Melati )

Menyayangi dengan bergerilya? Ketahuilah bahwa tak semua rasa kesayangan dapat langsung kita ungkapkan untuknya. Ia yang kita sayangi, yang melebihi sayang kita kepada Tuhan dan Rasul-Nya, yang selalu memujanya tiap bulan menggantung, yang tak lepas membayangkannya, yang mengharapkan mimpinya, yang selalu mengejar cahayanya, hingga memanggil-manggil jiwanya setelah mentari anjlog, yang memercayainya dan meyakininya hingga ajal.
փ
ჰჰ
տ տ
უ…
Sebagian dari rasa yang amat itu, mungkin hanya kita ungkapkan melalui gerilya, mengendap-endap, muncul tak muncul, kebelet nggak kebelet, asal kita suka, asal kita bahagia, tak tahu berbuat apa. Subhanallah… Hanya berbekal tawakkal sajakah? Tak ada kasih tak berkorban. Terlebih nyawa sekalipun.

Tentunya kita tahu bahwa kegerilyaan itu tak selamanya membahagiakan, menyenangkan, membuat kita selalu tersenyum lebar atau sekedar mesam-mesem, hingga Malaikat Rokib dan Malaikat Atid pun meringis. Pasti ujung-ujungnya hati kita harus mengalami lachrymose, tersayat, memerih, mengaduh, menyesal, yang tak bisa terhapus layaknya goresan pensil disapu karet penghapus di atas kertas. Yah, walau firman-firman Allah tetap kita kecapi untuk melupakan rasa itu sebelum berangan malam, saat hati yang mengujung, meruncing, kala otak dihantuinya, namun pasti dan tetap tak terhapus kegundahan itu, yang masih bergentayangan di dalam isi kepala, yang entah dengan apa penyelesaiannya, kita hanya terus berpikir, merenung, terlebih melamun mematung seperti Joko Dolog, yang segalanya tak terjawab.

Ada baiknya jika kita memetik buah zaitun, menaruhnya di lidah, mengecapinya, lalu menelannya hingga usus menggiling. Mengungkapkan berbagai rasa keindahan itu dengan tidak bergerilya yang seolah kau sedang dalam peperangan. Walaupun kita terlalu menyayangi dan terlalu memikirkannya. Tetapi bersabarlah dengan hati putih, ikhlaskan segalanya. Pahamilah segalanya hanya dalam ikhlas.

Aku memercayaimu, yang tak pernah mengkambinghitamkan kasih sayang hanya untuk kau.
Hanya karena cahayamu.

12.26 am
Friday, 11 Rabiul Awal 1428 H
relleT
*inspired by Danarto



Doa Seorang Pendosa

Tuhan terima kasih...
Engkau telah hadirkanku
Tuk sambut tahun yang baru ini
Tapi...
Aku tau masih banyak tantangan di depan sana
Tantangan yang selalu ada disetiap aku melangkah
Tantangan yang harus kulalui

Aku tak berharap agar aku,
Kau jauhkan dari godaan!
Tapi aku harap kuatkanlah aku
Kuatkan tuk hadapi kenyataan!
Ku tahu...
Kau pasti kan menuntunku
Tuk slalu berjalan lurus sesuai rencana-Mu!!

03:36:56
Dwipa 010107


Sayatan Sayatan Tajam

Burung Nuri itu tertawa ngakak
Akan nasib kita.
Di mana luka-luka itu buramkan mata
Dan menyeret-nyeret nyawa yang masih tengkurap lemah.

Mimpiku sirna
Hanya ada tawa renyah sang penguasa
Nyawaku, arwahku merajuk dan menari

Mencari belatung-belatung yang masih
Terkurung dalam kebebasan tak pasti
Mencari jawab atas arti
Kebebasan dan kemerdekaan.

Soem Anna
SR’04



Sekotak Permen

Kamu...
Lama kutunggu
Kamu...
Udah janji malam itu
Bahwa kamu...
Ngajak nonton hari sabtu
Tapi mana?
Aku udah nunggu lama
Batang hidungmu nggak nongol juga
Kamu pasti nggak tahu
Aku udah habis makan permen berapa
Semenit... dua menit...
Emang nggak terasa
Tapi tiga puluh menit?
Itu udah lumayan lama
Satu jam masih kutunggu
Dua jam aku pergi berlalu
Kar’na sekotak permenku
Habis buat nungguin kamu

21.52 WIB
3 Desember 2002
Imey
PBSI ‘03


Kita Manusia

Kau, kamu, dan kalian
Bagiku Cuma sekedar
Bajingan!

Kau setan
Kamu korban
Kalian bangsa kebangsatan
Karena kita sama-sama manusia

Mbah ‘05
poet_aholic@yahoo.co.id



Suara Itu...

Keindahan suara yang meluncur dari mulut setiap saat dapat membius pendengarnya. Nada tinggi dan nada rendah yang sangat kontras akan terdengar serasi dan memesona jika terucap dengan kontrol yang baik. Nada-nada itu akan menjadi suatu harmoni seperti nyanyian penyejuk jiwa.

Nada tinggi seringkali membuat orang tercengang dengan lengkingannya yang menyayat hati. Semakin tinggi suaranya, akan membuat hati semakin merinding. Mencekam, seperti lamgit hitam. Ketika nada tinggi itu merendah, segala kerendahannya akan menerjang malam yang mencekam. Nada rendah adalah cahaya kedamaian yang tak padam oleh hembusan waktu. Suaranya senantiasa menerangi sudut-sudut kepalsuan yang menyesatkan.

Suara tinggi suara rendah. Sepasang namuun tak akan pernah bersanding. Suara rendah berpijak di bumi, suara tinggi menari di langit. Bumi mengandung jiwa, langit mengandung raga. Di mana mereka berada?

Suara tinggi suara rendah, temukanlah di dalam suara hati.

01:09
6 on des



Rindu Cahaya


Kesalahan demi kesalahan berlalu
Disapu redupnya cahaya jiwa
Hitam semakin hitam hariku
Tanpa tawa hanya tangis jiwa

Melihat jauh ke belakang
Semua telah usang
Hari hari indah yang dulu menjelang
Kini mulai kurindukan

Aku terjebak di hitam putih
Tanpa warna tanpa cahaya
Terjerat kemilau masa silam

Tanpa langkah Hanya angan
Diantara terbit dan tenggelam
Diantara dosa-dosa yang semakin menjulang
Ku di sini sendiri
Menanti kedatanganmu wahai dewi cahaya

Tuk sinari jiwa ini
Tuk tumbuhkan lagi asaku
Tuk mulai melangkah
Meninggalkan dosa dan kenangan indah masa lalu

Di sini aku hanya bisa menanti
Tanpa sanggup tuk mencari
Apakah kamu akan datang???
Mungkin kamu tidak akan datang!!!

June 05th 2005
Fandy Linggo Djiwo
British Youth ‘04



MUQATTA’AT 39 *)

SATUKANLAH aku, wahai Yang Maha Tunggal, dan aku bersaksi dengan sepenuhnya bahwa Tuhan adalah Satu, melalui sebuah perjanjian rahasia di mana tak satupun jalan menyediakannya!

Akulah kebenaran, dan kebenaran diberikan pada mereka yang terpilih, dari dasar pribadinya, dan tidak ada lagi pemisahan di antara kita,

Inilah kejernihan yang terpancar, berkilauan bagai percikan kilat.


AL HALLAJ

*) Dalam Diwan Al Hallaj